Searching...
Bahasa Indonesia
EnglishEnglish
EspañolSpanish
简体中文Chinese
FrançaisFrench
DeutschGerman
日本語Japanese
PortuguêsPortuguese
ItalianoItalian
한국어Korean
РусскийRussian
NederlandsDutch
العربيةArabic
PolskiPolish
हिन्दीHindi
Tiếng ViệtVietnamese
SvenskaSwedish
ΕλληνικάGreek
TürkçeTurkish
ไทยThai
ČeštinaCzech
RomânăRomanian
MagyarHungarian
УкраїнськаUkrainian
Bahasa IndonesiaIndonesian
DanskDanish
SuomiFinnish
БългарскиBulgarian
עבריתHebrew
NorskNorwegian
HrvatskiCroatian
CatalàCatalan
SlovenčinaSlovak
LietuviųLithuanian
SlovenščinaSlovenian
СрпскиSerbian
EestiEstonian
LatviešuLatvian
فارسیPersian
മലയാളംMalayalam
தமிழ்Tamil
اردوUrdu
Being and Nothingness

Being and Nothingness

oleh Jean-Paul Sartre 1943 688 halaman
3.99
33k+ penilaian
Dengarkan
Try Full Access for 7 Days
Unlock listening & more!
Continue

Poin Penting

1. Kesadaran Didefinisikan oleh Hubungannya dengan Keberadaan

Keberadaan dari sesuatu yang ada adalah persis seperti yang tampak.

Keberadaan dan penampilan saling terkait. Sartre menantang dualisme filosofis tradisional antara keberadaan dan penampilan, menegaskan bahwa keberadaan dari sesuatu yang ada adalah tepat seperti yang tampak. Tidak ada realitas tersembunyi di balik penampilan; penampilan itu sendiri adalah ukuran dari keberadaan.

Penolakan terhadap dualisme. Perspektif ini mengatasi dualisme seperti interior/eksterior, potensi/tindakan, dan esensi/penampilan. Sebaliknya, Sartre mengusulkan monisme fenomena, di mana penampilan semuanya setara dan saling merujuk tanpa status istimewa.

Fenomena sebagai relatif-absolut. Fenomena bersifat relatif karena memerlukan seseorang yang melihatnya, tetapi juga absolut karena ia memperlihatkan dirinya apa adanya. Ini bukan sekadar ilusi atau distorsi dari keberadaan yang sebenarnya, melainkan sebuah positivitas penuh yang dapat dipelajari dan dijelaskan sebagai demikian.

2. Ketiadaan Muncul dari Kesadaran Manusia

Kemungkinan permanen dari ketiadaan, di luar kita dan di dalam, mempengaruhi pertanyaan kita tentang keberadaan.

Ketiadaan adalah bagian integral dari realitas. Sartre berargumen bahwa ketiadaan bukan sekadar ketidakhadiran atau penyangkalan, tetapi merupakan komponen nyata dari dunia, terutama dalam kaitannya dengan kesadaran manusia. Pertanyaan, penghancuran, dan penilaian negatif semua mengungkapkan keberadaan ketiadaan.

Kemanusiaan sebagai asal mula ketiadaan. Melalui kesadaran manusia, ketiadaan memasuki dunia. Manusia, dengan kapasitasnya untuk bertanya, menghancurkan, dan menolak, memperkenalkan kemungkinan ketiadaan ke dalam kelimpahan keberadaan.

Ketiadaan dan harapan. Ketiadaan sering muncul dalam batasan harapan manusia. Ketika kita berharap menemukan sesuatu dan itu tidak ada, kita mengalami pemahaman pra-judikatif tentang ketiadaan. Pengalaman ini bersifat objektif dan bukan sekadar ilusi subjektif.

3. Ketidakjujuran adalah Mode Dasar dari Eksistensi Manusia

Kesadaran bukanlah mode pengetahuan tertentu yang dapat disebut sebagai makna batin atau pengetahuan diri; ia adalah dimensi dari keberadaan transfenomenal dalam subjek.

Ketidakjujuran sebagai penipuan diri. Sartre mendefinisikan ketidakjujuran sebagai kebohongan terhadap diri sendiri, cara untuk menghindari kebenaran tentang keberadaan sendiri. Ini melibatkan ketidakjujuran mendasar di mana seseorang secara bersamaan mengetahui dan menyembunyikan kebenaran.

Struktur ketidakjujuran. Ketidakjujuran memerlukan kesatuan dari satu kesadaran, di mana penipu dan yang ditipu adalah orang yang sama. Ini menciptakan paradoks, karena tampaknya tidak mungkin untuk secara sengaja dan sinis berbohong kepada diri sendiri.

Transparansi kesadaran. Transparansi kesadaran berarti bahwa seseorang harus menyadari ketidakjujurannya, setidaknya sampai batas tertentu. Ini semakin memperumit konsep tersebut, karena tampaknya menyiratkan adanya tingkat ketulusan dalam tindakan ketidakjujuran.

4. Tubuh Dialami Berbeda oleh Diri Sendiri dan Orang Lain

Keberadaan transfenomenal dari apa yang ada untuk kesadaran adalah dirinya sendiri (lui-même en soi).

Tubuh sebagai sumber alienasi. Sartre mengeksplorasi bagaimana tubuh, sebagaimana dipersepsikan oleh orang lain, dapat menjadi sumber alienasi. Tatapan Orang Lain menetapkan dan mengobjektifikasi tubuh, mengubahnya menjadi sesuatu dengan kualitas dan batasan.

Tubuh sebagai batasan kebebasan. Faktisitas tubuh, keberadaannya dan kontingensinya, dapat terasa seperti kendala terhadap kebebasan. Kita tidak bebas untuk memilih tubuh kita, dan batasan-batasannya dapat menghalangi proyek dan keinginan kita.

Tubuh sebagai media ekspresi. Meskipun memiliki batasan, tubuh juga merupakan sarana melalui mana kita mengekspresikan diri dan berinteraksi dengan dunia. Ia adalah instrumen dari tindakan kita dan kendaraan untuk pengalaman kita.

5. Kebebasan adalah Baik Hadiah Maupun Beban

Kesadaran adalah suatu keberadaan yang dalam keberadaannya, keberadaannya dipertanyakan sejauh keberadaan ini menyiratkan keberadaan lain selain dirinya sendiri.

Dihukum untuk bebas. Sartre berargumen bahwa manusia "dihukum untuk bebas." Ini berarti bahwa kita bertanggung jawab atas pilihan dan tindakan kita, meskipun kita tidak memilih untuk dilahirkan atau memiliki kebebasan yang mendefinisikan kita.

Kebebasan dan tanggung jawab. Kebebasan ini bukanlah suatu fakultas atau properti, tetapi merupakan keberadaan dari kesadaran itu sendiri. Ini adalah beban karena berarti kita selalu bertanggung jawab atas diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita.

Kecemasan sebagai kesadaran akan kebebasan. Kecemasan adalah mode keberadaan dari kebebasan sebagai kesadaran akan keberadaan. Ini adalah pengakuan bahwa kita adalah satu-satunya penulis nilai-nilai kita dan bahwa tidak ada pembenaran eksternal untuk pilihan kita.

6. Tatapan Orang Lain Membentuk Persepsi Diri Kita

Keberadaan transfenomenal dari apa yang ada untuk kesadaran adalah dirinya sendiri (lui-même en soi).

Orang Lain sebagai cermin. Sartre memperkenalkan konsep "tatapan," yang merujuk pada cara di mana tatapan Orang Lain membentuk persepsi diri kita. Tatapan Orang Lain mengungkapkan diri kita sebagai objek, dengan kualitas dan batasan.

Malunya dan kebanggaan. Malu dan bangga adalah emosi yang muncul dari kesadaran kita akan dilihat oleh Orang Lain. Malu adalah pengakuan atas objektifikasi kita sendiri, sementara bangga adalah penegasan nilai kita di mata Orang Lain.

Pertarungan untuk pengakuan. Hubungan antara kesadaran adalah perjuangan konstan untuk pengakuan. Setiap kesadaran berusaha untuk memaksakan pandangannya sendiri tentang dunia dan mendefinisikan yang lain sebagai objek dalam dunia itu.

7. Cinta, Keinginan, dan Kebencian adalah Mode Hubungan dengan Orang Lain

Keberadaan transfenomenal dari apa yang ada untuk kesadaran adalah dirinya sendiri (lui-même en soi).

Cinta sebagai penguasaan kebebasan. Sartre menganalisis cinta sebagai upaya untuk menguasai kebebasan Orang Lain sambil mempertahankannya sebagai kebebasan. Sang pencinta berusaha menjadi satu-satunya objek dari pilihan bebas yang dicintainya.

Keinginan sebagai inkarnasi. Keinginan adalah upaya untuk memiliki tubuh Orang Lain sebagai daging, untuk mengurangi Orang Lain menjadi makhluk fisik semata. Ini melibatkan inkarnasi timbal balik, di mana setiap kesadaran berusaha untuk mewujudkan yang lain.

Kebencian sebagai penolakan terhadap Orang Lain. Kebencian adalah upaya untuk menghancurkan kebebasan Orang Lain dan menguranginya menjadi objek semata. Ini adalah pengakuan atas kekuatan Orang Lain untuk membatasi dan mendefinisikan kita, serta keinginan untuk menghilangkan kekuatan itu.

8. Temporalitas adalah Struktur Keberadaan-untuk-Diri

Keberadaan transfenomenal dari apa yang ada untuk kesadaran adalah dirinya sendiri (lui-même en soi).

Keberadaan-untuk-diri dan temporalitas. Sartre berargumen bahwa temporalitas bukanlah kondisi eksternal yang dikenakan pada kesadaran, tetapi merupakan struktur intrinsik dari keberadaan-untuk-diri. Masa lalu, sekarang, dan masa depan bukanlah momen terpisah tetapi dimensi yang saling terhubung dari keberadaan.

Masa lalu sebagai faktisitas. Masa lalu adalah dalam-diri yang harus dimiliki oleh untuk-diri. Ini adalah beban sejarah kita, batasan kita, dan keadaan yang tidak kita pilih.

Masa depan sebagai kemungkinan. Masa depan adalah ranah kemungkinan, yang belum ada yang menarik kita ke depan. Ini adalah cakrawala proyek kita dan sumber kebebasan kita.

9. Tindakan Berakar pada Kebebasan dan Proyek

Keberadaan transfenomenal dari apa yang ada untuk kesadaran adalah dirinya sendiri (lui-même en soi).

Tindakan sebagai modifikasi yang disengaja. Sartre mendefinisikan tindakan sebagai modifikasi yang disengaja terhadap dunia. Ini melibatkan sebuah proyek, tujuan, dan penggunaan sarana untuk mencapai tujuan tersebut.

Kebebasan sebagai syarat tindakan. Kebebasan adalah syarat yang diperlukan untuk tindakan. Tanpa kebebasan, tidak akan ada proyek, tidak ada tujuan, dan tidak ada niat.

Interplay antara kebebasan dan faktisitas. Tindakan selalu terletak dalam konteks faktisitas, keadaan dan batasan yang membentuk pilihan kita. Kebebasan dan faktisitas saling terkait, masing-masing mempengaruhi dan mendefinisikan yang lain.

10. Dunia Mendapat Makna Melalui Kesadaran Manusia

Keberadaan transfenomenal dari apa yang ada untuk kesadaran adalah dirinya sendiri (lui-même en soi).

Kesadaran dan dunia. Sartre menekankan bahwa dunia mendapatkan makna melalui kesadaran manusia. Proyek, pilihan, dan tindakan kita yang memberikan dunia signifikansinya.

Dunia sebagai refleksi dari proyek kita. Dunia bukanlah realitas netral atau acuh tak acuh, tetapi refleksi dari nilai-nilai, keinginan, dan ketakutan kita. Ia dibentuk oleh kebebasan kita dan keterlibatan kita dengannya.

Kontingensi makna. Makna dunia tidak tetap atau ditentukan sebelumnya, tetapi kontingen dan bergantung pada pilihan kita. Kita bertanggung jawab atas makna yang kita temukan di dunia dan atas nilai-nilai yang membimbing tindakan kita.

Terakhir diperbarui:

FAQ

What's Being and Nothingness about?

  • Existential Philosophy Focus: Being and Nothingness by Jean-Paul Sartre is a foundational text in existential philosophy, exploring the nature of existence, consciousness, and human freedom. It delves into the concepts of being-in-itself and being-for-itself, examining their relation to human experience and identity.
  • Human Reality and Freedom: Sartre emphasizes that human reality is characterized by freedom and the ability to transcend one's current state. Individuals are defined not solely by their past or present but by their possibilities and choices.
  • Negation and Nothingness: The book introduces the idea that nothingness is integral to understanding being. Sartre posits that consciousness is defined by its relationship to nothingness, which allows for the possibility of freedom and choice.

Why should I read Being and Nothingness?

  • Understanding Existentialism: The book provides insight into existentialist thought, significantly influencing modern philosophy, psychology, and literature. It challenges traditional views of identity and existence.
  • Personal Reflection: Sartre's examination of freedom, choice, and responsibility encourages readers to reflect on their own lives and the nature of their existence, prompting critical thinking about self-definition and actions.
  • Philosophical Foundation: It serves as a crucial foundation for understanding later existentialist thinkers and movements, enhancing comprehension of contemporary philosophical debates.

What are the key takeaways of Being and Nothingness?

  • Being-in-itself vs. Being-for-itself: Sartre distinguishes between being-in-itself (objects that exist independently) and being-for-itself (conscious beings that define themselves), essential for understanding human consciousness and existence.
  • Freedom and Responsibility: The book emphasizes that with freedom comes the burden of responsibility. Individuals must confront their choices and the implications of their actions, as they are the architects of their own lives.
  • Role of Nothingness: Nothingness is a fundamental aspect of consciousness, allowing for negation and the possibility of change, crucial for understanding how individuals can transcend their current state.

What are the best quotes from Being and Nothingness and what do they mean?

  • "Existence precedes essence.": This quote encapsulates Sartre's belief that individuals are not born with a predetermined purpose or essence; rather, they create their own essence through actions and choices, emphasizing personal freedom and responsibility.
  • "Man is condemned to be free.": Sartre highlights the paradox of freedom; while individuals have the freedom to choose, they are also burdened by the weight of their choices, reflecting the existentialist view that freedom is both a gift and a curse.
  • "Hell is other people.": This famous line reflects the idea that interpersonal relationships can lead to conflict and objectification, as individuals often define themselves through the perceptions of others, underscoring the tension between self-identity and societal expectations.

How does Sartre define consciousness in Being and Nothingness?

  • Consciousness as Lack: Sartre defines consciousness as a being characterized by its lack of being, allowing it to question itself and its existence, leading to the possibility of freedom and choice.
  • Presence to Itself: Consciousness is described as being present to itself, meaning it is aware of its own existence and can reflect on its thoughts and actions, distinguishing conscious beings from inanimate objects.
  • Nihilation and Freedom: Consciousness is inherently linked to nothingness, enabling individuals to negate aspects of their existence and choose different paths, fundamental to understanding human freedom.

What is the concept of "bad faith" in Being and Nothingness?

  • Self-Deception: Bad faith is a form of self-deception where individuals deny their freedom and responsibility by adopting false identities or roles, involving a conscious choice to ignore the truth of one's situation.
  • Unity of Consciousness: Unlike lying, which involves a duality of deceiver and deceived, bad faith occurs within a single consciousness, where the individual is both the one who deceives themselves and the one who is deceived.
  • Consequences of Bad Faith: Living in bad faith leads to a disconnection from one's true self and potential, preventing individuals from fully embracing their freedom and the responsibilities that come with it.

How does Sartre's concept of "the Other" influence human relationships in Being and Nothingness?

  • Recognition and Identity: The presence of the Other is crucial for self-recognition and identity formation, as individuals define themselves in relation to others, leading to a complex interplay of recognition and alienation.
  • Conflict and Tension: The relationship with the Other can create conflict, as individuals may feel judged or objectified, encapsulated in Sartre's famous quote, "Hell is other people."
  • Interdependence: Despite potential conflict, human relationships are essential for personal growth and understanding, with the Other serving as a mirror reflecting aspects of oneself that may be hidden or unacknowledged.

What is the significance of "facticity" in Being and Nothingness?

  • Concrete Existence: Facticity refers to the concrete aspects of existence that individuals cannot change, such as their past, social circumstances, and physical attributes, shaping the context in which individuals make choices.
  • Foundation of Freedom: While facticity imposes limitations, it also provides a foundation for freedom, as individuals must navigate their facticity to exercise their freedom authentically and meaningfully.
  • Existential Responsibility: Sartre emphasizes that individuals must take responsibility for their facticity, as it influences their choices and actions, essential for achieving authenticity and self-awareness.

How does Sartre's existentialism address the concept of death in Being and Nothingness?

  • Death as a Defining Factor: Sartre views death as a fundamental aspect of human existence that shapes our understanding of life and freedom, with the awareness of mortality provoking existential anxiety but also encouraging authentic living.
  • Being-unto-Death: Sartre introduces the concept of being-unto-death, where individuals must confront their mortality and the limitations of existence, motivating them to make meaningful choices and embrace their freedom.
  • Legacy and Meaning: The inevitability of death prompts individuals to consider their legacy and the impact of their choices on others, encouraging reflection on how they want to be remembered and the values they wish to uphold.

How does Sartre explain the relationship between facticity and freedom in Being and Nothingness?

  • Interconnected Concepts: Facticity refers to the concrete details of one’s life, such as past experiences and social conditions, while freedom is the ability to transcend these conditions, existing in relation to facticity.
  • Freedom as a Response: Sartre posits that freedom is the response to facticity; individuals must confront their limitations and make choices despite them, shaping one’s identity and existence.
  • Creating Meaning: Through the exercise of freedom, individuals can assign meaning to their facticity, transforming their circumstances into opportunities for growth and self-definition, emphasizing the active role of freedom in shaping one’s life.

What is the relationship between "doing," "having," and "being" in Being and Nothingness?

  • Interconnected Concepts: Sartre argues that doing, having, and being are interconnected in human existence, with each action (doing) reflecting a desire to possess (having) a certain mode of being (being).
  • Desire to Be: The desire to be is the fundamental drive underlying all human actions and choices, with individuals seeking to define themselves through their actions and possessions, striving for a sense of identity.
  • Reduction of Doing: Sartre suggests that the desire to do is often reducible to the desire to have or to be, highlighting the complexity of human motivation and the ways individuals navigate their existence.

Ulasan

3.99 dari 5
Rata-rata dari 33k+ penilaian dari Goodreads dan Amazon.

Ada dan Ketiadaan adalah karya seminal Sartre tentang eksistensialisme, yang mengeksplorasi tema kesadaran, kebebasan, dan keberadaan manusia. Pembaca seringkali menemukan buku ini padat dan menantang, namun memberikan imbalan intelektual yang berharga. Keaslian buku ini terletak pada penerapan metode fenomenologis dalam ontologi. Sementara beberapa orang menganggap ide-ide Sartre sudah ketinggalan zaman, yang lain memuji wawasan beliau tentang sifat manusia dan tanggung jawab. Teks ini dikenal karena bahasanya yang kompleks dan contoh-contoh yang hidup. Para kritikus memperdebatkan nilai filosofisnya, tetapi mengakui dampak signifikan yang ditimbulkannya terhadap pemikiran abad ke-20.

Your rating:
4.5
98 penilaian

Tentang Penulis

Jean-Paul Charles Aymard Sartre adalah seorang filsuf, penulis, dan aktivis politik Prancis yang terkemuka. Ia dikenal luas sebagai tokoh kunci dalam eksistensialisme dan fenomenologi. Karya-karya Sartre mencakup filsafat, sastra, dan teori politik, yang memengaruhi berbagai bidang termasuk sosiologi dan teori kritis. Ia menjalin hubungan terbuka sepanjang hidupnya dengan Simone de Beauvoir, seorang filsuf eksistensialis berpengaruh lainnya. Tulisan-tulisan Sartre sering kali mengeksplorasi tema kebebasan, tanggung jawab, dan keaslian. Ia dianugerahi Hadiah Nobel dalam Sastra pada tahun 1964, namun menolak penghargaan tersebut. Karya filosofisnya yang paling terkenal, Being and Nothingness, mengukuhkannya sebagai seorang intelektual terkemuka abad ke-20.

Listen
0:00
-0:00
1x
Dan
Andrew
Michelle
Lauren
Select Speed
1.0×
+
200 words per minute
Home
Library
Get App
Create a free account to unlock:
Requests: Request new book summaries
Bookmarks: Save your favorite books
History: Revisit books later
Recommendations: Personalized for you
Ratings: Rate books & see your ratings
100,000+ readers
Try Full Access for 7 Days
Listen, bookmark, and more
Compare Features Free Pro
📖 Read Summaries
All summaries are free to read in 40 languages
🎧 Listen to Summaries
Listen to unlimited summaries in 40 languages
❤️ Unlimited Bookmarks
Free users are limited to 4
📜 Unlimited History
Free users are limited to 4
📥 Unlimited Downloads
Free users are limited to 1
Risk-Free Timeline
Today: Get Instant Access
Listen to full summaries of 73,530 books. That's 12,000+ hours of audio!
Day 4: Trial Reminder
We'll send you a notification that your trial is ending soon.
Day 7: Your subscription begins
You'll be charged on Jun 4,
cancel anytime before.
Consume 2.8x More Books
2.8x more books Listening Reading
Our users love us
100,000+ readers
"...I can 10x the number of books I can read..."
"...exceptionally accurate, engaging, and beautifully presented..."
"...better than any amazon review when I'm making a book-buying decision..."
Save 62%
Yearly
$119.88 $44.99/year
$3.75/mo
Monthly
$9.99/mo
Try Free & Unlock
7 days free, then $44.99/year. Cancel anytime.
Scanner
Find a barcode to scan

Settings
General
Widget
Loading...